Lensa adalah komponen yang paling sering diperdebatkan (selain merek).
Area perdebatannya tidak jauh dari kualitas si lensa … dan kualitas ini
sering (sekali) dihubungan dengan (hanya)
ketajaman lensa tersebut. Apakah memang kualitas suatu lensa hanya
ditentukan oleh ketajamannya? Tidak, paling tidak menurut saya demikian.
Semua jenis lensa yang tersedia di pasaran memiliki titik dimana jika
kita bergerak lebih dekat ke obyek foto, maka lensa tidak akan bisa
fokus (blur). Secara umum, titik ini biasa disebut Minimum Focusing Distance
(MFD) atau jarak fokus minimum. MFD dinyatakan dalam satuan panjang
(misal 0,5 m) diukur dari jarak sensor cahaya di kamera sampai dengan
obyek foto. Jika sebuah lensa, seperti foto diatas memiliki MFD 0,25
meter (25 cm) berarti bahwa jarak minimum obyek foto ke sensor foto agar
foto tetap tajam adalah 25 sentimeter, begitu kita membawa obyek foto
lebih dekat ke kamera, maka foto akan mulai blur.
Pada prinsipnya kita bisa melihat lensa mana pada aperture berapa yang bisa menghasilkan ketajaman maksimal via test-test diatas. Selain masalah ketajaman maka test tersebut juga sebenarnya memberikan informasi lain mengenai suatu lensa. Misalnya soal distorsi. Distorsi memberikan informasi kepada kita seberapa efek cembung (biasanya di lensa wide) dan cekung (di lensa tele) yang dihasilkan suatu lensa. Ada lensa yang mungkin secara ketajaman tidak semaksimal lensa yang lain, tetapi secara distorsi dia juara, karena tanpa distorsi. Misalnya lensa tua Carl Zeiss Jena Flektogon 20mm f4 yang terkenal dengan distorsi almost zero. Sedangkan lensa fish eye memberikan distorsi yang luar biasa besar (seperti foto dibawah ini).
Aspek lain dari suatu lensa adalah masalah Vignette. Efek gelap di ujung – ujung foto (terutama di aperture lebar) ini biasanya dihindari oleh sebagian besar fotografer. Tapi ada juga orang seperti saya yang suka dengan lensa-lensa dengan vignette. Jadi masalah memilih lensa bukan hanya resolusi dan distorsi, tapi juga masalah seberapa tebal vignette nya.
Pada prinsipnya kita bisa melihat lensa mana pada aperture berapa yang bisa menghasilkan ketajaman maksimal via test-test diatas. Selain masalah ketajaman maka test tersebut juga sebenarnya memberikan informasi lain mengenai suatu lensa. Misalnya soal distorsi. Distorsi memberikan informasi kepada kita seberapa efek cembung (biasanya di lensa wide) dan cekung (di lensa tele) yang dihasilkan suatu lensa. Ada lensa yang mungkin secara ketajaman tidak semaksimal lensa yang lain, tetapi secara distorsi dia juara, karena tanpa distorsi. Misalnya lensa tua Carl Zeiss Jena Flektogon 20mm f4 yang terkenal dengan distorsi almost zero. Sedangkan lensa fish eye memberikan distorsi yang luar biasa besar (seperti foto dibawah ini).
Aspek lain dari suatu lensa adalah masalah Vignette. Efek gelap di ujung – ujung foto (terutama di aperture lebar) ini biasanya dihindari oleh sebagian besar fotografer. Tapi ada juga orang seperti saya yang suka dengan lensa-lensa dengan vignette. Jadi masalah memilih lensa bukan hanya resolusi dan distorsi, tapi juga masalah seberapa tebal vignette nya.
http://belajarfotografi.com/mengenal-fitur-lensa-minimum-focusing-distance-mfd/
http://www.motoyuk.com/tag/minimum-focus-distance/
http://www.motoyuk.com/tag/minimum-focus-distance/
0 komentar:
Posting Komentar